PKI ( Praktek Kerja Di Lapangan ) Pujon City Part 2

Halo guys, kayaknya kamu masih tertarik aja nih baca lanjutan ceritaku selama di Pujon. Tenang walaupun ada episodenya alur cerita kami tidak seperti pada sinetron-sinetron umumnya yang ceritanya mutar-muter terus gak jelas.

sampai mana kita? oh ya di part 1 menceritakan kegiatan kami pada umumnya, nanti pada part 2 kita akan lebih menceritakan hal-hal yang seru dan tempat wisata alami yang pernah kami kunjungi selama ada di pujon.

Bahkan ketika kami mengajar mengaji dan bagaimana kami bisa tertarik kepada seorang gadis akan kami ceritakan disini, oke ini dia ceritanya untukmu selamat membaca.

Melihat Sunrise

Keindahan alam yang disajikan oleh tuhan begitu mempesona, salah satunya adalah matahari terbit atau istilah gaulnya adalah sunrise. Kami tidak mau melewatkan pagi untuk melihat matahari terbit, kelihatannya kampungan ya padahal cuma lihat matahari toh kita bisa melihat matahari setiap harinya. Memang sih, namun kamu akan merasakan sensasi ketika melihat matahari terbit ditambah bisa foto-foto kan.

Kami berencana melihat sunrise di salah satu perbukitan yang lumayan agak tinggi, katanya di sana lebih indah karena ditambah latar belakang desa pujon yang indah. Selesai sholat shubuh kami langsung berencana pergi ke sana.

Perjalanan lumayan jauh, kira-kira hampir 1 kilometer. Ternyata kelompok lain juga ada yang kesana, lumayanlah bisa bersama-sama untuk mengurangi rasa capek.

Kami mempercepat langkah agar tidak telat. Ternyata perbukitannya sudah di keruk dan diratakan, lumayanlah bisa mempermudah langkah kami. Katanya warga sekitar sih rencananya puncak bukit akan di bangun sebuah pondok jadi sebagian sudah diratakan.

Alunan musik di MP3 membuat perjalanan terasa menyenangkan. Tak lupa kelompokku juga membawa air, bisa dibilang jaga-jaga untuk menghilangkan haus nantinya.

Akhirnya sampailah kami di puncak, terlihatlah desa Pujon dan sekitarnya. Rasa capek dan letih terbayarkan setelah 5 menit kemudian Sunrise mulai muncul. Kami tak mau menyia-nyiakan momen itu langsung saja dari kami mengambil beberapa foto untuk diabadikan.

Diatas itu adalah salah satu foto adik kelas bernama Rodhi dan Reynaldi. Pose mereka layaknya memegang matahari. Yang suka selfie di antara temanku aku lihat sampai ratusan fotonya ada di kamera, narsisnya luar biasa. Tak berselang lama 15 menit kemudian matahari sudah keluar diantara pegunungan,pertanda pagi hari.

Selama di bukit selain melihat sunrise kami juga melihat-lihat sekitarnya. Ternyata di Pujon banyak cobannya, ketika kami melihat sekeliling dari bukit terdapat coban. Kami berencana untuk ke sana, namun kata salah satu anggota ada yang lebih bagus dari coban itu maka kami tidak jadi kesana dan memilih coban yang lainnya.

Baca Juga  Perburuan Sun Go Kong di Gunung Jati

Kami di bukit sekitar setengah jam, tak terasa sudah jam setengah 7 kami berencana untuk kembali pulang. Kami berencana untuk ambil jalan pintas, karena jika melalui rute yang sama akan memakan lebih banyak waktu.

Rute jalan pintas yang kami pilih memang tidak terlalu mudah, karena banyak semak dan tumbuhan liar yang menghalangi langkah kami. Tak terasa kami terus melangkah ternyata kami berada di tempat kuburan yang tidak kami sadari sebelumnya.

Untungnya hari sudah pagi jadi tidak ada yang harus ditakutkan. Kami terus melangkah hingga sampai ke jalan raya. Karena hampir jam 7 kami memutuskan langsung makan saja di basecamp.

Mengunjungi Coban

Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya bahwa di pujon banyak sekali coban, salah satu yang terkenal adalah coban rondo. Sayangnya jika kita ke coban rondo di kenakan karcis, jadi kami memilih untuk menuju ke coban gratisan dulu baru nantinya ke coban rondo.

Kalau kamu belum tahu apa itu coban, coban dalam bahasa indonesia adalah air terjun.

Mandi di Coban Kodok

Kunjungan kami yang pertama adalah menuju ke coban kodok. Salah satu alasan kami ke coban kodok adalah tempatnya yang lumayan dekat dengan lokasi kami. Setelah aktifitas wajib sudah selesai, bermodalkan pakaian ganti dan kamera anti air kami langsung bergegas menuju kesana.

Sama seperti yang coban lainnya, kita awalnya memasuki dulu area hutan baru setelah itu akan sampai di lokasi. Coban kodok termasuk indah juga pemandangannya di sana, hal itu membuat kami bersemangat untuk kesana.

Jalan-jalan ke Coban Gerojokan Pitu

Bagiku inilah coban terindah yang pernah aku lihat, namun sayangnya tempatnya sangat jauh kira-kira 2 kilometer. Kami harus melakukan persiapan yang lebih jika ingin ke sana. Ke sana juga sulit kalau memakai sepeda motor jadi lebih mudahnya jalan kaki.

Coban Gerojokan Pitu dalam bahasa indonesia berarti air terjun yang memiliki 7 sumber. Coban Gerojokan Pitu tidak terlalu terkenal dibandingkan dengan Coban Rondo. Selain karena akses jalannya yang terbatas juga kurangnya promosi dari pemerintah setempat.

Kami berangkat di hari ke tiga. Di hari tersebut kami ijin tidak mengikuti kegiatan berkebun karena kami berangkat lebih awal. Habis sarapan kami langsung berangkat bersama satu kelompok yang lainnya.

Sepanjang perjalanan ke sana kami selalu melewati area perkebunan warga. Sebenarnya ke coban Gerojokan Pitu terdapat 2 pos untuk membantu para pengunjung. Pos pertama adalah tempat informasi mendetail tentang coban Gerojokan Pitu dan pos kedua adalah sebagai tempat peristirahatan.

Setelah melewati area perkebunan kami memasuki area hutan dengan jalan yang ekstrim. Beberapa langkah kemudian suara air terjunnya sudah terdengar di telinga kami. Kami terus melangkah dan mendaki untuk menuju kesana.

Sampai di sana rasa lelah kami sirna karena disuguhi pemandangan yang indah, hijau dan suara air terjun yang tenang.

Baca Juga  Ini Dia Permainan Masa Kecil Aku Yang Kocak dan Ngangenin, Pernah Nyoba?

Kami pulang sekitar jam 2 siang dan sampai di rumah sekitar jam 4. Yang paling lucu adalah ketika si Aan, anak yang paling gendut di antara kami. Ketika kami mau berangkat bajunya kelihatan sangat ketat namun setelah pulang jadi longgar bajunya.

Wisata ke Coban Rondo

Hari keenamnya kami berwisata ke coban Rondo. Inilah kunjungan wisata terakhir kami sebelum hari besoknya kami akan pulang.

Coban Rondo sangat terkenal wisatanya bahkan bule pun ada yang berkunjung ke sana. Coban Rondo sendiri sumber mata airnya berasal dari gunung Kawi. Coban adalah ‘air terjun’ sedangkan Rondo sendiri kalau di bahasa indonesia adalah ‘janda’.

Konon ceritanya kenapa dinamakan coban Rondo adalah, ketika ada dua pasangan pengantin yaitu Raden Baron Kusuma yang berasal dari Gunung Anjasmoro dan Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi baru saja menikah.

Usia pernikahan mereka belum genap 36 hari yang mana dalam adat jawa ketika usia tersebut tidak boleh keluar rumah jauh-jauh. Mereka nekat keluar rumah untuk berkunjung ke rumah mertua mereka.

Di tengah jalan mereka bertemu Joko Lelono. Joko Lelono sangat terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati. Raden Baron akhirnya menyuruh anak buahnya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati ke sebuah lokasi yang terdapat air terjun ( coban ). Akhirnya mereka bertarung sampai kedua-duanya tewas. Akhirnya Dewi Anjarwati menjadi janda.

Kami ke coban Rondo dengan menyewa mobil pick up dari salah satu warga. Berbeda dengan coban lainnya, di coban Rondo untuk masuk di kenakan biaya per orangnya. Kira-kira masuknya 8000 rupiah, jadi kami patungan bersama untuk tiket dan sewa mobil.

Uniknya ternyata coban Rondo tersebut gratis untuk pribumi, akhirnya kami mengakui kalau kami adalah anak Pujon ( gratis deh ).

Uniknya lagi ternyata SMA Arrohmah Putri juga PKL di sana. Kami melewati Campnya dan pasang gaya yang keren. Ternyata mereka mengenali kami sebagai santri SMA Arrohmah Putra 😀 .

Jadi Ustadz Dadakan

Mungkin ini adalah pengalaman kami yang pertama kali ketika menjadi ustadz. Bayangkan hanya bermodalkan sedikit ilmu dan pengalaman, kami langsung disuruh jadi ustadz. Selain grogi juga rasa sungkan karena menyingkirkan guru yang sudah lama mengajar di sana.

Mengajar di TPQ merupakan juga salah satu program wajib dari sekolahan. Di hari yang pertama, kami mencari TPQ yang belum dipesan oleh kelompok lain. Kalau boleh jujur nih, salah satu kriteria kami memilih TPQ adalah adanya murid perempuan yang cantik ( maafkan, kami salah niat).

Kelompokku memiliki 12 anggota, jadi kami memesan 2 TPQ. Kami bagi kelompokknya menjadi dua, namun yang paling banyak ikut aku, soalnya akan banyak murid nantinya.

Benar saja, kami tidak sia-sia memilih tempat TPQ. Ada satu murid Perempuan kelas 1 SMA yang cantik dan putih. Kami pun salah tingkah dan salah niat, Jangan di tiru ya.

Baca Juga  PKI ( Praktek Kerja di Lapangan ) di Pujon City

Ketika habis sholat magrib, kami kemudian mengajar Al quran. Yang paling lucu adalah ketika kami semua berebutan untuk menyimak ngajinya si gadis itu. Sebagai ketua aku pun juga tidak mau mengalah, dan akhirnya jatah itu akhirnya menjadi milikku ( asyik ).

Selesai mengajar dan sholat Isya’ , kami pulang. Selama perjalanan pulang, kami terus mengobrol tentang gadis itu. Bahkan Salah satu diantara kami ada yang nekat berencana untuk meminta nomor si gadis tersebut.

Sakitnya Tuh di Sini

Di hari kedua kami mengajar lagi di TPQ tersebut. Di hari itu Haidar ,salah satu anggotaku mengambil jatah untuk menyimak ngaji gadis itu. Sehabis menyimak dia begitu asyik ngobrol dengan anak itu.

Akhirnya dia berhasil mendapatkan nomornya, bahagianya dia. Langsung tanpa basa-basi dia nekat sms dengan gadis tersebut padahal kami baru saja berkenalan dengannya 2 hari. Tepat setelah habis sholat isya’ dia mengirimkan sms berisi pesan cinta kepadanya, apa yang terjadi?

Oh My God?!

Ternyata dia ditolak bung. Kami pun selebrasi merayakannya, hari indah telah muncul. Kulihat Haidar tampak muram dan kucoba untuk menghiburnya.

allindonews.com

Kuberi dia 2 saran jika ingin dapat si Gadis itu;

  1. Kamu bantu emaknya memerah susu sapinya biar luluh hatinya ,
  2. Minum obat ‘Gantengin’ atau,
  3. Kamu ngaca dulu.

yang sabar ya bro.

Bakti Sosial

Di hari terakhir kami ingin memberi kesan terhadap warga Pujon dengan melakukan bakti sosial. Kegiatan bakti sosial kami meliputi kerja bakti membersihkan jalan-jalan dan pembagian baju bekas.

Kami Membersihkan jalan bersama-sama dari ujung perbatasan desa dengan batas desa yang lainnya. Kami membawa beberapa kantong plastik dan memunguti sampah satu-persatu.

Setelah kantong itu penuh, akan di kumpulkan jadi satu dan di bakar.

Bagi kami yang di pondok memiliki banyak stok baju dan ada baju yang tidak terpakai, kami kumpulkan dan nantinya di kasih ke warga Pujon. Pembagiannya sendiri dilakukan di balai desa dan diurus oleh OPH (semacam OSIS). Nantinya warga diperbolehkan memilih baju yang cocok dan disukainya.

Senangnya kami beramal soleh meskipun hanya satu minggu di sana.

Saatnya Pulang

Truk sudah berada di balai desa, saatnya kami pulang. Tak kami sadari yang awalnya kami tidak terlalu betah di sana setelah satu minggunya ada kesan mendalam. Di antara kami diberi sebuah kenang-kenangan dari murid mengaji. Kami juga memberikan mereka sebuah foto lengkap dengan bingkainya sebagai kenang-kenangan.

Tak lupa kami berpamitan dengan pak Bodrex dan istrinya ( sebelumnya saya pernah di kerjain oleh teman-teman ketika minum minuman oplosan dan rasanya seperti obat Bodrex, aku berteriak “rasanya kok kaya Bodrex” gak taunya si pemilik rumah adalah pak Bodrex).

Terima kasih telah membaca sampai selesai, semoga menginspirasi.

Tinggalkan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.